Kosong



Aku menatap kosong pada ubin putih dibawah kakiku yang tak beralas, disini terasa sangat dingin lebih dari biasanya ketika kekosongan menyelimutiku. Aku duduk di tempat tidurku dengan kaki menyentuh lantai dan muka tertunduk, menyembunyikan dari dunia yang kosong bahwa aku sedang menangis.
Ada seseorang yang sangat aku sayangi baru saja membuat tembok besar diantara kami. Aku merindukannya lebih dari apapun, setelah dia memilih untuk menghindariku dan tidak mengatakan apapun padaku. Aku kehilangan sosoknya yang terbuka, kini dia beralih menjadi orang yang tertutup terhadapku. Aku bertanya-tanya apakah keberadaanku masih ada dihatinya, apakah cintaku ini sudah berubah menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Ponselku bergetar, ada pesan masuk darinya : Maaf kalau aku tadi cuek banget ke kamu, jujur aku pusing banyak pikiran. Kamu udah tidur? Kalau gitu selamat tidur, sayangku.
Aku tersenyum getir dengan kekosongan yang makin menghantam hatiku. Aku sudah tidak tahu lagi siapa diriku dimatanya hingga dia melampiaskan ‘kepusingannya’ padaku, dan bahkan aku tidak tahu apa-apa tentang isi kepalanya, apa yang sedang dia pikirkan. Dalam kesakitan itu aku masih sempat mengkhawatirkannya, apakah dia baik-baik saja? Apa yang terjadi?. Tapi kemudian aku membaringkan tubuhku dan berusaha untuk pergi tidur.

-000-
Aku terbangun dengan mata yang sembab, ponselku tidak menunjukkan pesan darinya. Hingga siang aku kembali memasuki kamarku dengan kosong. Aku belum mendapat pesan apapun darinya, pasti dia sedang sibuk. Terlalu banyak kesibukan yang dia lakoni, dan terlalu sedikit pemahamannya tentang perempuan. Aku masih bisa dilewati untuk beberapa kali, tapi jika setiap waktu aku tidak pernah dijadikan prioritas, aku tidak pernah dibuat tenang dan harus aku yang berburu kabar tentangnya, apakah itu masih bisa disebut cinta? Itu omong kosong.
Aku membenci diriku sendiri sehingga untuk hari ini aku berusaha menghindari cermin. Melihat pantulan diriku hanyalah akan membuatku merasa makin kosong, melihat sorot mataku yang tak bersamangat membuat diriku sendiri bersedih.
Terlalu banyak pikiran negatif yang terlintas, aku sulit percaya padanya sementara dia membuatku semakin tidak percaya. Aku merasa limbung dan kosong. Aku melihat kearah kenop pintu dengan pandangan kosong, aku melamun dan tiba-tiba menangis lagi. Kalau begini terus lama-lama waktuku bisa habis hanya untuk terdiam saja menunggu kabar darinya, sementara kemungkinan besar dia disana tidak memikirkan aku sama sekali. Apa sebaiknya aku minta putus saja?.
Ya. Mungkin kekosongan ini adalah awal dari sebuah akhir. Menunggu bukanlah hal yang kusukai dan aku sudah terlalu lama dibuat menunggu. Aku merasa kesepian dan kosong terlalu lama. Aku memiliki tapi aku tidak benar-benar merasakan keberadaannya. Dia sibuk. Aku berusaha mengerti tapi aku tidak bisa mengerti, itu berarti aku tidak bisa bersamanya lebih lama lagi karena akan semakin banyak salah paham diantara kita.
Aku sudah lelah sakit hati. Aku tidak ingin sejarah terulang kembali dimana aku terlalu membiarkan semuanya terjadi hingga aku yang terakhir ditinggal pergi. Jika ini sudah menunjukkan keburukan maka lebih baik di akhiri saja semuanya.
Maka malam harinya aku berhenti berakting ‘baik-baik saja’. Aku mengatakan padanya bahwa aku sekarang merasa jauh darinya, sepertinya dia tidak mengerti apa yang aku rasakan jadi aku benar-benar menyerah untuk itu. Kemudian dia mengajukan pertanyaan.
“Sekarang mau kamu apa? Aku turuti”
“Kalau aku minta putus, gimana?”
“Kalau itu yang kamu mau, mau apa lagi”
Aku menghela nafas yang terasa kosong di dadaku, kemudian aku melempar ponselku menjauh dariku karena aku membenci pesan yang baru saja aku terima. Bagaimana cara aku menjelaskan padanya bahwa aku benar-benar sakit hati, terlebih sekarang aku merasa bahwa dia ingin menyingkirkan aku dari hidupnya.  Tapi hatiku yang terasa kosong ini mengerang, dia menolak perpisahan ini karena begitu menyakitkan baginya. Akupun tidak yakin kalau semua ini diakhiri apakah aku akan bahagia dan mendapatkan apa yang aku mau, karena yang aku mau adalah dirinya yang ada untukku.
Kemudian selayaknya seorang gadis yang mempertahankan cintanya, aku membelitkan pembicaraan untuk dapat mendesaknya, untuk mengetahui apakah sebenarnya hubungan ini patut diakhiri atau tidak.
“Jadi bener ya kamu udah pengin putus dari aku”
“Enggak, nggak gitu”
“Terus apa?”
“Aku sayang kamu, aku cinta kamu… kalau bisa jangan putus”
Kata-kata sayang dan cinta bisa dikatakan oleh semua orang di dunia ini. Andaikan saja dia tahu perasaan kosong yang aku derita selama ini, dia tidak akan semudah itu bicara. Tapi, aku terlalu jatuh cinta dan terlalu ingin bersamanya. Aku menolak untuk putus dan memilih untuk kembali padanya. Hubungan kami berlanjut dengan ‘kelihatannya’ baik-baik saja, sementara penyakit kosong itu masih mendera dalam hati dan jiwaku.
-000-
Aku sudah lama sekali duduk disini memandang ke sebuah pintu diatas sana yang tidak kunjung terbuka. Aku menantinya, menunggu dia dengan sangat setia ditengah keramaian yang membuatku merasa semakin kosong dalam hati.
Jadwal pertemuan kami sudah mundur dari dua jam yang lalu dan akupun sudah menunggu selama itu. Aku sudah kecewa karena dia tidak berhasil meluangkan waktunya untukku, padahal dia sudah janji. Tadi dia bilang dia akan menemaniku tapi sekarang justru dia tidak menampakkan dirinya sama sekali. Aku hampir menangis saat sosoknya akhirnya muncul dan mendekat kearahku, tapi dia terlalu pemalu untuk menyapaku sehingga dia hanya melewati aku, mungkin maksudnya adalah agar aku mengikutinya. Aku dengan patuh beranjak kemudian berjalan tepat dibelakangnya. Setelah kami dapat tempat, dia menyapaku dan kami ngobrol sedikit. Kemudian aku berkata “Aku pulang ya”, dengan harapan dia mencegahku untuk pergi, kekanakan memang, tapi aku penasaran seberapa dia peduli padaku sementara aku sangat peduli padanya sampai-sampai aku menunggu dua jam dalam kekosongan. Jawaban yang luar biasa terlontar darinya, “Yasudah sana pulang”. Mencelos hatiku mendengar itu. Sekarang seluruh tubuhku rasanya benar-benar kosong, aku ingin menangis dan berteriak “KITA PUTUS” pada saat itu juga. Hanya saja perasaanku terlalu dalam padanya, dan dekapan cintaku terhadapnya terlalu kuat sehingga aku hanya tersenyum tipis kemudian pergi dengan langkah panjang-panjang. Bahkan saat aku menoleh kebelakang dia sama sekali tidak mengejarku. Kekosongan ini semakin menenggelamkan aku.
-000-
Rasanya aku ingin sekali memberi pukulan pada bayanganku dalam kaca. Aku memaki diriku sendiri, gadis bodoh. Untuk apa aku membuang waktuku menunggu dalam kesendirian hanya untuk mencapai harapan kosong yang sia-sia? Aku bahkan belum sempat melepas rindu apapun tapi dia sudah mengusirku begitu saja. Dia tidak mengharapkan aku lagi dan sepertinya hubungan ini tidak akan berhasil lebih lama lagi. Memang, aku mendengar ponselku beberapa kali bergetar, pesan darinya memanggil namaku tidak kubalas sejak tadi. Itupun tidak ada usaha untuk menelepon atau apa, dia hanya memanggil namaku dan mungkin saja tidak terlalu berharap aku membalasnya.
Kekosonganku itu membuat aku benar-benar sangat muak dan murka. Aku tidak suka diperlakukan begini. Tetapi, kekosonganku itu juga membuat aku benar-benar sangat merindukannya. Melihat pesannya memanggilku ingin sekali aku membalasnya, karena jauh dalam diriku aku menyadari bahwa aku membutuhkannya. Maka aku menjawab pesannya, tapi tidak ada alasan untukku memaafkannya kali ini, aku hanya ingin membuatnya tahu bahwa dia bersalah, kemudian aku akan mengirimkan perasaan kosongku kepadanya, setelahnya biar alam yang mengatur perpisahan kami.
Seperti biasa dia memohon maaf dariku dengan jurus-jurus mautnya yang membuatku ingin kembali bertekuk lutut padanya, tapi aku terlalu angkuh dan kuat, sehingga aku memenangkan perasaan kosongku yang menuntut untuk tidak mudah mempercayainya. Semua pesan yang dia kirimkan padaku terbaca begitu tulus, sampai aku menangis membacanya. Disini dia kelihatan benar-benar mencintaiku, tapi aku tetap tidak ingin terbutakan oleh cinta.
Aku mengabaikannya. Membiarkan ponselku bergetar karena pesan permintaan maaf darinya. Aku memilih untuk membuka sosial media dan… aku tidak tahu apakah berlebihan jika aku mengatakan takdir yang memintaku untuk kembali padanya. Karena tanpa sengaja aku membaca sebuah postingan, entah dari siapa, bertuliskan : “jangan mengabaikan laki-laki yang menyayangimu, karena kamu tidak tahu seperti apa usahanya untuk membuatmu bahagia”.
Jantungku berdebar-debar membacanya, tanpa pikir panjang aku segera mengirim pesan padanya untuk mengatakan bahwa aku memaafkannya.
Kenapa? Karena secara ajaib setelah membaca postingan itu aku tiba-tiba saja teringat segala sesuatu yang sudah pernah dia lakukan. Demi aku.
Air mataku mulai mengalir karena teringat betapa dia sudah memperjuangkan hubungan ini sampai sejauh ini. Kemudian aku juga sadar bahwa dia berbeda dari laki-laki lain, aku seharusnya paham bahwa dia tidak terbiasa menghadapi perempuan, itulah kenapa dia tidak pandai membuai. Dia bukan buaya darat yang pandai meluluhkan hati perempuan, dan bukan juga dewa cinta yang mampu memenuhi semua keinginan atas cinta. Tapi, dia adalah kekasihku yang setia, yang pernah memohon maafku atas kesalahan yang tak pernah dia perbuat, dia selalu berusaha menuruti apa kemauanku dan menjauhi apa yang tidak aku suka. Serta yang terpenting, dia benar-benar menyayangiku.
Air mataku mengalir deras, membawa kekosongan keluar dari dalam diriku. ‘Rujuknya’ kami malam itu membuat hati dan pipiku memerah lagi. Aku memandang ke cermin dan melihat sosokku yang bergembira lagi, aku sekarang dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang darinya. Dia berjanji untuk meluangkan lebih banyak waktu untukku, aku senang, walaupun aku tahu dia tetap kekasihku yang sesibuk dulu, kemungkinan aku masih akan sering diabaikan. Tapi, aku tidak boleh egois kan? Karena bukan hanya aku yang butuh dia, dia juga membutuhkan aku.

-Trisapka

Comments

Popular posts from this blog

SECRET LOVE SONG - Little Mix

DORAEMON END SONG

Lupakan Saja