Color Of You (part 1)
Arlo adalah seorang pria dengan tubuh tinggi, kulit
kecokelatan, rambut hitam yang senada dengan matanya yang gelap, pendiam,
misterius dan jenius. Saat diluar ruangan dia selalu memakai jaket berwarna
gelap yang berbeda-beda setiap harinya. Dia bukan anti-sosial, hanya tidak
nyaman dengan keramaian. Itulah kenapa dia sering terlihat sendirian.
Berbanding terbalik dengan Kara, adik kelasnya. Kara adalah
seorang gadis dengan tubuh pendek, kulit kuning langsat, mata biru dan rambut
kecokelatan. Dia sangat ramah, bahkan kelewat ramah. Hampir semua orang suka
bicara dengannya karena dia orang yang asik.
Dua orang yang berbeda usia, gender, kepribadian dan gaya hidup itu kemudian bertemu pada di
suatu malam. Saat itu ulang tahun sekolah yang ke-50, diadakan pesta malam hari
untuk menyalakan kembang api. Kara datang bersama teman-temannya, tentu saja
karena dia gadis yang suka dengan acara semacam itu. Sementara Arlo datang lebih
karena dia salah satu panitia inti.
“Kara daritadi asik ngobrol sama Feri ya, jangan-jangan
kalian pacaran”ledek Lesha, diikuti dengan ledekan dari teman-teman yang lain.
“Aku kan memang bisa akrab sama semua orang, jadi jangan
heran dong”ujar Kara santai.
“Semua orang Kar?”tanya Feri, dari nadanya yang terdengar
jahil sepertinya dia punya suatu rencana.
“Kenapa?”tanya Kara yang langsung curiga.
“Kamu tahu kak Arlo? Coba kamu ajak ngobrol dia, kalau kamu
bisa akrab sama dia baru aku percaya kalau kamu bisa akrab sama semua
orang”sahut Feri, tantangan itu membuat gelak tawa yang lainnya, tapi Kara
tidak mengerti apa yang ditertawakan.
“Kak Arlo? Yang mana?”tanya Kara.
“Kamu gak tau yang mana kak Arlo?”Lesha balas bertanya,
dengan jujur Kara menggelengkan kepalanya.
“Tuh yang ada disana”ujar Feri, dia memegang kedua bahu Kara
dan membalikkan tubuh gadis itu. Langsung saja kedua mata Kara tertuju pada
sosok tinggi berkulit kecokelatan dengan kemeja putih dan blazer merah marun
dihiasi manik-manik emas kecil.
“Dia single atau taken?”tanya Kara.
“Single”sahut Feri.
“Kalau gitu, aman deh gak ada yang bakal main
labrak-labrakan”kata Kara, dia nyengir kemudian dengan percaya diri berjalan
kearah Arlo. Dia benar-benar tidak tahu menahu tentang Arlo, sama sekali
dibenaknya tidak tergambar bahwa Arlo adalah orang yang sulit untuk diajak
berkenalan.
“Kak Arlo, ya?”langsung saja Kara membuka pembicaraan saat
mereka sudah ada dalam jarak yang dekat. Arlo menolehkan kepala dan memandang
Kara sesaat, kemudian dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Aku Kara”ujar Kara sembari mengulurkan tangan, tapi Arlo
cuma tersenyum tipis sembari memalingkan pandangan, tanpa menjabat tangan Kara.
Sekarang gadis itu tahu apa yang menyebabkan teman-temannya menantang dia untuk
dapat akrab dengan Arlo.
Kara melirik kearah teman-temannya yang cekikikan karena
melihat adegan ‘penolakan berjabat tangan’ yang barusan dilakukan oleh Arlo.
Sudah pasti Kara merasa malu dan kesal, tapi dia tidak menyerah. Sekarang dia
berjalan dan berdiri tepat dihadapan Arlo.
“Tidak sopan kak menolak perkenalan orang lain”kata Kara.
“Mau apa kenalan?”tanya Arlo, pandangan matanya begitu tajam
dan dalam, rasanya seperti menusuk Kara sampai ke jantung.
“Harus punya alasan?”Kara balas bertanya.
“Kalau gak penting, lebih baik gak kenalan”sahut Arlo, baru
saja Kara akan menjawab tapi ada panggilan untuk panitia.
“Kak Arlo”panggil Kara sebelum Arlo berjalan pergi,
“Semangat ya kak”.
Kara tersenyum sejadi-jadinya, berusaha terlihat ramah
dengan ikhlas. Sementara suasana diantara mereka hening sesaat, Arlo membisu
dan mematung, sebelum kemudian dia melengkungkan bibirnya membentuk seulas
senyum yang melegakan dada Kara. Setidaknya gadis itu bisa melihat senyuman di
bibir Arlo, setidaknya manusia dingin itu masih bisa tersenyum.
-00-
Arlo baru akan keluar dari kelas ketika melihat sosok Kara
dari kejauhan berjalan mendekat, pria itu segera mengurungkan niat dan kembali
duduk dikursinya, menunggu sampai Kara lewat barulah dia keluar kelas. Arlo
memperhatikan sosok Kara dari belakang, dia tidak salah orang karena gadis
secerewet itu hanya ada satu disekolah. Seorang gadis yang membuatnya merasa
takut sekaligus takjub dalam satu waktu.
Arlo tidak pernah berurusan dengan perempuan, terakhir kali
saat dia membuat seorang perempuan jatuh cinta padanya sampai menyatakan
dihadapannya, tapi Arlo menolak dan membuat perempuan itu menangis. Sejak saat
itu Arlo tidak pernah lagi berurusan dengan perempuan.
Tapi sekarang ada seorang perempuan yang cari masalah
dengannya, gadis itu adalah Kara. Arlo merasa takut, dia selalu berusaha
menghindar dari Kara supaya gadis itu tidak punya kesempatan untuk ‘sok kenal
sok akrab’ lagi dengannya. Walaupun disisi lain Arlo merasa takjub dengan
keramahan Kara.
Jarang orang yang tahu kalau Arlo pandai bermain piano,
seperti sore ini saat dia malas untuk pulang kerumah, dia memutuskan untuk
memainkan piano yang ada di ruang musik sekolah, sendirian. Saat sedang
tenggelam dalam permainan musiknya sendiri, dia tidak menyadari bahwa pintu
ruang musik terbuka dan seorang gadis yang dikenalnya masuk. Setelah dia
selesai, Arlo baru menyadari bahwa Kara sudah berdiri di dekat pintu dengan
pandangan takjub. Arlo merasa cemas sesaat, tapi kemudian dia yakin bahwa
inilah saat yang tepat untuk mengakhiri permainan kucing-kucingan dengan gadis
itu.
“Bagus banget kak”bagi Arlo pujian itu serasa didapatkannya
dari seorang professional, karena dia merasa amat bangga mendapatkannya. Tapi,
dia tidak bisa berkomentar apa-apa, hanya tersenyum tipis.
“Kenapa kakak gak tampil waktu acara ulang tahun
sekolah?”tanya Kara, dia melangkahkan kakinya keseberang ruangan, mengambil
sebuah botol minum berwarna biru.
“Itu milikmu?”tanya Arlo, mengabaikan pertanyaan Kara.
“Iya kak, ketinggalan tadi saat pelajaran seni musik”sahut
Kara yang lupa dengan pertanyaannya tadi, sehingga dia tidak menagih jawaban
apapun dari Arlo.
“Rumahmu dimana?”tanya Arlo.
“Perumahan Estate I”jawab Kara, “Kalau kak Arlo dimana?”
“Searah dengan rumahmu, mau kuantar pulang?”pertanyaan Arlo
itu sontak membuat Kara terperanjat kaget, sosok pria yang diam dan misterius
itu menawarkan diri untuk mengantarkan Kara pulang. Dengan hati berbunga-bunga
yang entah kenapa, Kara segera mengiyakan tawaran itu.
“Kak, tapi sebelumnya boleh foto bareng gak?”tanya Kara,
pertanyaan tolol yang sempat ingin dibungkamnya, tapi dia meloloskan kalimat
itu begitu saja dari bibirnya.
“Untuk apa?”tanya Arlo dengan nada penolakan di dalamnya.
“Simbol persahabatan”sahut Kara sekenanya.
-00-
Dinar, adalah seorang pria keturunan Chinese dengan berbagai karakteristik khusus orang cina yang sangat
melekat pada dirinya. Dia pandai memainkan gitar, berpuisi, bermain drama dan
juga suka berkutat dengan matematika. Pria itu sangat setia pada pacarnya,
walaupun sekarang mereka beda sekolah karena pacarnya memilih masuk ke SMA
favorit, sementara dirinya masuk ke SMM (Sekolah Menengah Musik). Dengan wajah
orientalnya, dia berhasil menarik perhatian banyak gadis disekolah barunya,
baik kakak kelas maupun seangkatan. Tapi, dia memang setia pada satu hati yang
sudah dijadikannya pacar sejak 2 tahun yang lalu, gadis beruntung itu adalah
Kara.
-bersambung-
Oleh : Trisapka
-bersambung-
Oleh : Trisapka
Comments
Post a Comment