Crazy Girl Gone Die
Aku tidak tahu apa yang menginspirasiku untuk menyelesaikan sebuah kisah mengeriakn ini, percayalah ini hanyalah cerita fiktif belaka. Tapi, apabila kamu adalah orang yang sedang jatuh cinta dan tengah memperjuangkan restu dari orang tua meski itu adalah hal yang nyaris tidak mungkin, lebih baik jangan membaca kisah ini.
Kisah ini tidak memiliki sihir apapun, jangan takut. Semoga Emily adalah gadis terakhir yang mengalami hal mengerikan ini.
“Pokoknya, mamah gak
suka kalau kamu deket sama dia”ucapan itu membuat aku kesal pada awalnya. Tapi,
kemudian menjadi sesuatu yang aku sesali. Karena suatu hari aku mengajak dia ke
rumahku saat mamah dan papah sedang pergi, kemudian yang terjadi adalah mamah
pulang lebih cepat dari dugaanku, alhasil beliau menangkap basah aku sedang
berdua dengannya dirumah. Tidak melakukan apapun, tapi alasan itu cukup untuk
mamah membenciku dan dia.
“Jauhi dia sekarang, dan mamah akan benci kamu selamanya
kalau kamu ketahuan bersama dia lagi!”kalimat itu akan terdengar biasa saja
ditelinga orang lain, tapi lebih seperti sihir mematikan bagiku.
Sejak hari itu, sepertinya satu-satunya lilin yang ada dalam
diriku telah mati. Aku seperti di dorong masuk kedalam sebuah ruangan yang
gelap dan terisolasi, kemudian aku dikunci di dalamnya tanpa seorangpun berencana
untuk menyelamatkan aku.
Namanya adalah Jake, dia adalah kekasihku yang keempat, dan
seperti yang sebelumnya dia juga tidak disetujui oleh orang tuaku. Tapi ada
perbedaannya, yang kali ini adalah tamat dari segala tamat, karena sejak
insiden itu aku tidak pernah lagi diperbolehkan punya hubungan asmara dengan
siapapun, terumata Jake. Dan perbedaan yang lain adalah aku sangat jatuh cinta
kepada Jake, dia membawaku pada perubahan yang signifikan pada diriku, he
change me be more good than before I did. But, masalahnya dia berhasil
membuatku aku keluar dari lubang hitam yang dulu, dia menyelamatkan aku walau
beberapa saat, kemudian sekarang dia menjatuhkan aku kembali dalam lubang hitam
yang berbeda. It’s so suck.
Namaku sendiri adalah Emily, seorang gadis yang menyukai
tantangan dan benci di kekang. Bagiku beberapa peraturan memang dibuat untuk
dilanggar. Sekarang, hidupku TIDAK AKAN PERNAH seindah DULU LAGI.
Aku benar-benar membutuhkan sebuah mesin waktu untuk dapat hidup normal seperti orang lain. Karena, setelah aku melanggar larangan dari orang tuaku, aku merasa telah kehilangan diriku sendiri dan ingin segera menemui ajal, sesegera mungkin. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, hidupku yang awalnya sangat rapi, bersih, tertata… jauh dari olok-olok dan tampak agung serta bermartabat, semuanya lenyap seketika sejak insiden itu. Aku kehilangan kepercayaan dari kedua orang tuaku, aku diperlakukan seperti tahanan kota, aku merasa malu untuk berdiri dihadapan Jake dan teman-temanku, aku benci hidupku sendiri dan kuulangi sekali lagi, aku ingin segera menemui ajalku.
Aku benar-benar membutuhkan sebuah mesin waktu untuk dapat hidup normal seperti orang lain. Karena, setelah aku melanggar larangan dari orang tuaku, aku merasa telah kehilangan diriku sendiri dan ingin segera menemui ajal, sesegera mungkin. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, hidupku yang awalnya sangat rapi, bersih, tertata… jauh dari olok-olok dan tampak agung serta bermartabat, semuanya lenyap seketika sejak insiden itu. Aku kehilangan kepercayaan dari kedua orang tuaku, aku diperlakukan seperti tahanan kota, aku merasa malu untuk berdiri dihadapan Jake dan teman-temanku, aku benci hidupku sendiri dan kuulangi sekali lagi, aku ingin segera menemui ajalku.
Jake itu sudah seperti opium, dia membuatku merasa
ketergantungan. Lebih dari aku ingin menemui ajalku, sebenarnya juga aku ingin
meninggalkan Jake. Untuk aku dapat melupakan kehancuran hidupku yang disebabkan
olehku dengan dasar permasalahannya adalah dia. Hanya saja, setiap kali aku
mencoba untuk mematikan ponselku dan berpura-pura tuli dengan panggilan Jake
terhadap diriku, aku seperti dibakar api dan disayat-sayat dengan pisau
berkarat. Perih dan menjijikan. Aku sama sekali tidak bisa bergerak pergi, aku
tetap disisi Jake.
Jadi, meskipun sudah dilarang, aku tetap secara
sembunyi-sembunyi menemui Jake ditempat yang kurasa aman. Hanya saja, aku tetap
merasa bersalah setiap kali bertemu dengan seseorang yang seharusnya tidak
kutemui. Dan perlu kutegaskan, semua kesalahan ini ada padaku. Jake tidak
bersalah sama sekali. Dia pernah memaksaku untuk agar kita berpisah sehingga
aku bisa perlahan-lahan memulai hidup yang baru dengan hidup yang normal. Tapi,
fenomena yang terjadi adalah setiap kali Jake memaksaku untuk meninggalkannya,
aku seperti orang gila yang dapat menghancurkan semua benda yang ada
disekitarku, contohnya dengan membanting ponselku.
Demikianlah akhirnya perjalanan hidupku, seorang Emily yang
bodoh. Aku berdiri diantara dua tebing dengan jurang ditengahnya. Disisi lain
aku bersikap baik, manis dan penurut dihadapan orang tuaku, berpura-pura
segalanya baik-baik saja dan memainkan drama sebagai seorang good girl. But, disisi lain aku bersikap
tegar, kuat dan percaya diri dihadapan Jake, berpura-pura segalanya tidak
masalah bagiku dan memainkan drama sebagai seorang good girl too.
Pada kenyataannya aku bukan gadis yang baik, manis dan
penurut karena aku masih menemui Jake diam-diam. Aku juga tidak tegar, kuat
apalagi percaya diri karena aku selalu merasa hubungan ini TIDAK AKAN PERNAH
BERHASIL, aku tidak yakin bahwa orang tuaku akan memberikan restu kepada Jake_laki-laki
yang diam-diam menemui putri mereka dikala rumah sepi_meskipun itu suatu hari
nanti.
I Hate Myself. I Hate My Life. Orang tuaku sama sekali tidak
dapat membantuku, mereka tidak tahu apa yang kurasakan dan apa yang kuderita. Aku
menangis sepanjang malam dan tidak ada yang pernah tahu itu. Aku meraung
seperti seekor serigala ditengah hutan, dan tidak ada yang pernah tahu itu. Aku
agaknya mulai sedikit sinting dengan semua kejadian yang menekanku ini, aku
depresi dan sayangnya di tempatku hidup ini tidak ada psikiater. Oh, what the
hell!.
My Jake can’t do anything. Dia hanya laki-laki biasa
seumuranku, pemikiranku juga sependek aku. Jadi, meminta saran padanya sama
saja meminta saran pada diriku sendiri. Menurutku tidak ada gunanya bicara pada
Jake, dia hanya akan menyakiti aku dengan berkata, “Mendingan kita udahan”,
atau sesuatu sejenisnya. Dia tidak pernah tahu bahwa aku berusaha mati-matian
untuk bertahan dalam hubungan yang nyaris membuatku masuk rumah sakit jiwa ini!
Dia tidak menghargai perjuanganku untuk tetap memiliki akal sehat sementara aku
berada di keadaan yang memacu kegilaan.
Sejauh ini aku memutuskan untuk menyimpan semua masalahku sendiri,
seperti orang kikuk yang tidak dapat bicara kepada siapapun. Keadaanku memburuk
dari hari kehari, karena aku mengidap sebuah penyakit, pikiran yang memberatkan
otakku ini membuatku merasa kesehatanku menurun hari demi hari. Kadang aku
kelepasan mengeluh dihadapan orang tuaku, atau dihadapan Jake. Mereka semua
khawatir tapi tidak pernah ada yang berusaha menindak lanjuti. Itu bagus, lebih
baik mareka tidak berbuat apa-apa untukku.
Aku mulai merasakan malam-malam yang tidak tenang, aku
dihantui mimpi-mimpi buruk yang membuatku dapat terjaga semalaman. Aku dapat
menangis seperti air mataku bocor sepanjang hari. Mataku mulai berkantung dan
tampak sembab. Orang tuaku kemudian memberiku obat tidur, tapi hanya untuk satu
malam itu aku boleh meminumnya.
Karena aku merasa nyaman dengan terlelap malam itu, maka
keesokan malamnya aku mengendap-endap untuk meminum obat tidur. Hari-hari
berikutnya kulakukan lagi, dan lagi. Jake mulai menyadari keadaanku yang tidak
baik, dia menyurhku untuk istirahat dirumah. Sungguh, tindakannya bukanlah hal
yang benar-benar sesuai. Karena, dengan berdiam diri dirumah dan tanpa siapapun
disana, aku mulai kehilangan kendali emosiku. Aku dapat sewaktu-waktu mengambil
pulpen dan mencoret-coret tanganku. Atau kuambil silet untuk melukai diriku
sendiri. Semuanya tidak terasa apa-apa, karena hatiku jauh jauh jauh jauh lebih
sakit.
Suatu hari aku tidak dapat tertidur meski sudah meminum
beberapa pil obat tidur. Aku kemudian berjalan-jalan mengelilingi rumah untuk
dapat menenangkan diri. Tapi, tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing dan perutku
terasa mual, aku biasa merasakan ini hanya saja yang satu ini lebih dari
biasanya. Aku mulai kehilangan keseimbanganku ketika aku memuntahkan cairan
tubuhku, kemudian aku merasakan badanku terhuyung dan jatuh. Aku hanya
merasakan sakit luar biasa dikepalaku, seperti ada yang menancap, kemudian aku
tidak merasakan apapun lagi.
-00-
Gadis itu, Emily, ditemukan oleh kedua orang tuanya saat
mereka keluar dari kamar. Dipagi yang mendung gadis malang itu ditemukan dalam
keadaan terbaring dilantai dengan darah bercucuran dari dahinya. Tampaknya
semalam dia telah jatuh dan kepalanya membentur sudut meja, kemudian darah
mengalir semalaman tanpa ada bantuan dari siapapun. Emily tidak sempat
mengatakan apapun kepada orang tuanya, karena saat ditemukan dia sudah mendapatkan
apa yang selalu diinginkannya, dia menemui ajalnya.
Hasil otopsi mengatakan Emily overdosis obat tidur, itulah
yang membuatnya tiba-tiba merasa pusing dan mual. Penyebab kematiannya jelas
karena dia kehabisan darah dan oksigen dikepalanya. Kematian yang cukup tragis
untuk seorang gadis seperti Emily yang sangat disayangi oleh kedua orang
tuanya.
Yang tersisa dari gadis itu hanyalah catatan-catatan tangan
yang berantakan, berupa prosa dan untaian kata sederhana. Semua orang dapat
memahami dari tulisan itu, bahwa Emily merasa sangat sendirian dan kesepian
setelah insiden hari itu. Dia merasa orang tuanya telah menjahuinya, dan dia
merasa Jake tidak dapat melindungi dan memahaminya lagi.
Sekarang, gadis bernama Emily itu sudah meninggal dunia.
Senyumannya yang bahagia, manis dan jujur kini hanyalah sebatas memori. Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan dan tidak ada satupun hal yang dapat
diperbaiki. Orang tua Emily merasa terpukul dengan kepergian anak gadisnya yang
seakan pergi begitu saja, padahal dapat dicegah. Sementara Jake juga terpukul
karena dia tidak dapat melihat jenazah kekasihnya untuk yang terakhir kalinya,
dia hanya dapat melihat orang-orang berbaju hitam tampak berkabung memenuhi
rumah Emily. Jake, hanya berdiri disana, dia mulai merasakan dirinya sinting
karena kerinduan yang tak tertahankan. Jake berharap dia segera menemui
ajalnya, dia berharap dapat melihat Emily, meskipun dia harus melihatnya dari
neraka.
-Trisapka
-Trisapka

Comments
Post a Comment