Don't be so Sweet (part 1)



Gadis itu mengenakan kemeja kotak-kotak perpaduan warna hitam dan putih, roknya menjuntai jatuh sampai tepat ke lututnya, dia berjalan dengan santai dengan kaki bersepatu sneakers warna kuning menyala bertali hitam gelap. Dia menggendong tas ransel berwarna-warni random, tampak seperti keluaran terbaru salah satu brand fashion terkenal, meskipun itu hanya kw supernya.
Dia adalah Adelle, yang suka memakai kaca mata hitam saat dia harus berada dibawah paparan sinar matahari langsung, gadis berkulit putih pucat yang suka memakai syall, dan saat cuaca sedang panas dia hanya menyampirkan syall dilehernya, seperti tali untuk hewan peliharaan.
“Adelle!”gadis itu menoleh dan mendapati seorang teman menyapanya dari dalam sebuah mobil sport.
“Hai Tiff, kau tahu kan aku lebih suka berjalan kaki”ujar Adelle.
“Berteman denganmu selama beberapa hari saja sudah membuatku tahu seperti apa dirimu Adelle, kau orang yang menyenangkan dan terbuka”sahut Tiff, dia memiliki rambut panjang gelombang berwarna cokelat yang dicat hijau di beberapa helainya.
“Kalau begitu kau punya alasan lain untuk memanggilku ditengah acara mengemudimu yang menyenangkan”kata Adelle.
“Mendekatlah kemari!”Tiff membuka kaca jendelanya lebih lebar, sementara Adelle mendekat, dia melongokkan badannya keluar untuk membisikki temannya sesuatu.
“Aku melihat ada seorang pria yang membuntutimu, kau ingin menumpang? Tidak? Kalau begitu kau harus berhati-hati”bisik Tiff, gadis itu menunjuk seorang laki-laki dengan dagunya, sosok yang tidak terlalu jelas, dia menggunakan topi dan kemeja hitam yang tidak dikancing, di dalamnya dia menggunakan kaos berwarna abu-abu dengan tulisan yang tidak terbaca karena tertutup kemeja.

“Kelihatannya dia seperti pejalan kaki biasa”Adelle berusaha bersikap biasa saja, tapi Tiff hanya mengedipkan sebelah matanya kemudian berlalu pergi dengan mobil kesayangannya. Adelle berusaha cuek seperti dia yang biasanya, dia kembali melangkahkan kaki cantiknya dengan sepatu nyentriknya untuk segera sampai ke kos-kosannya yang ada dibelokan diujung jalan sana. Sayangnya, usahanya untuk cuek tampak tidak berhasil ketika dia mendapati laki-laki yang ditunjuk oleh Tiff tadi mulai berjalan bersamaan dengan langkahnya.
Adelle mulai merasakan ketakutan dalam dirinya, langkahnya cantik kini tidak cantik lagi, lebih terlihat seperti orang yang sedang mencari toilet. Dia tidak bisa menahannya lagi, dengan sepatu sneakers dan rok yang lebar seharusnya dia bisa meloloskan diri. Maka tanpa tanda dan aba-aba apapun, Adelle segera mengambil langkah untuk berlari, berlari secepat dia bisa untuk mencapai belokan di depan sana. Syall dan rambut gadis itu tampak berkibaran karena dia melari melawan hembusan angin, tapi dia tidak peduli lagi dengan penampilannya karena dia harus menghindari seorang maniak mengerikan yang tengah mengikutinya.
“Yeah!”seru Adelle puas ketika dia sudah mencapai belokan, dia segera menaiki tangga menuju ke pintu depan kos-kosannya, dia menekan bel pintu rumah kemudian menunggu. Dia mulai khawatir karena pintu tidak kunjung dibuka, dia takut maniak itu akan menangkapnya terlebih dulu sebelum pintu itu terbuka. Maka Adelle mengulurkan tangannya untuk memencet bel sekali kali, sebelum tindakannya terdahului oleh tangan yang lain, tangan seorang laki-laki.
“Oh Max, kau sudah pulang?”tanya Adelle, dia mengira orang yang memencet bel adalah teman satu kos-kosannya, tapi setelah dia membalikkan badan…
“HUWAA”jeritan Adelle barusan sangat melengking, sepertinya suaranya telah naik beberapa oktaf secara mendadak. Gadis itu nyaris terjengkang jatuh karena terkejut melihat orang yang dihadapannya, juga terkejut dengan teriakannya sendiri yang memang memekakan telinga.
“Enstchuldigung”ujar laki-laki itu secara spontan dalam bahasa Jerman, Adelle tahu itu bahasa Jerman tapi dia tidak tahu apa artinya.
Yah, bagi Adelle apapun yang dia katakana itu tidak penting, yang lebih penting adalah Laki-laki yang berdiri dihadapannya ini adalah orang yang tadi mengikut Adelle, atau mungkin lebih tepatnya dicurigai sedang membuntuti Adelle. Lagipula, logat Jerman-nya yang barusan membuat Adelle makin yakin kalau laki-laki itu adalah seorang penjahat atau maniak.
“Who are you? You’re miyabi right?!”tukas Adelle dengan kemampuan bahasa Inggris-nya yang pas-pasan.
Sejenak keheningan menerkam keduanya dalam situasi yang awkward luar biasa, tapi kemudian laki-laki itu tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku orang Indonesia, aku bisa bahasa Indonesia”laki-laki itu kemudian melepaskan topinya, menampakkan rambutnya yang hitam legam, dengan mata lebar dan kulit kecokelatan khas orang Indonesia, tapi jika boleh jujur dia lebih kelihatan agak seperti orang Arab, terlebih karena hidungnya mancung.
“Aku kira kau bule atau semacamnya, tadi kau berucap dengan bahasa asing…”gumam Adelle tidak jelas, lebih kelihatan seperti dia bicara pada dirinya sendiri.
“Aku baru pulang dari program pertukaran pelajar di Jerman, teriakanmu tadi membuatku secara spontan meminta maaf dalam bahasa Jerman”lanjutnya “Tapi… kenapa kau teriak?”
“Kau maniak, kau mengikuti aku sejak tadi dan sekarang kau berdiri disini, lalu sekarang kau heran kenapa aku berteriak?”tanya Adelle kesal, untuk beberapa saat dia benar-benar tidak menyadari apa yang telah dia katakana, baru kemudian dia tahu ada yang salah disini.
“Hei… tunggu dulu, apa yang kau lakukan disini?”tanya Adelle.
 “Aku ngekos disini”sahut laki-laki itu.
“Wh-what?”Adelle mendadak kikuk dan terbata-bata.
“Sebelum aku ke Jerman, aku ngekos disini. Sekarang aku mau melanjutkan kuliahku, jadi aku kembali ke kos-kosan ini”jawabnya, “Biar kutebak, kau adalah mahasiswa semester 2, benar?”.
“Kak Noir!”panggilan itu sontak membuat kedua orang yang sedang berdebat itu menoleh, Adelle menoleh karena suara yang memanggil sepertinya dia kenal, sementara laki-laki itu menoleh mungkin karena memang dialah yang dipanggil.
“Sudah pulang dari Jerman ya kak? Wah… makin putih dan ganteng saja kak Tandy ini”yang bermanis-manis ria itu adalah Max, putra dari pemilik kos-kosan ini, dia masih duduk dibangku SMA.
“Kak Noir sudah kenalan dengan gadis nyentrik ini?”tanya Max.
“Belum, hanya kebetulan berdiri disini bersama dia… btw, rumah sepi?”tanya laki-laki itu, entah kenapa mendadak Adelle seperti tidak dianggap kehadirannya.
“Ayah ibu sedang keluar sebentar kak, maaf ya Max baru pulang jadi kalian harus menunggu diluar begini”sahut Max.
“Nggak masalah kok”laki-laki yang dipanggil Noir itu tersenyum, Adelle betanya-tanya apakah benar nama laki-laki itu adalah Noir? Nama yang aneh.
“Kak Adelle naksir ya sama kak Nor?”pertanyaan Max itu berhasil membuat Adelle kembali masuk dalam pembicaraan, rupanya dia belum menjadi transparant.
“Ucapanmu itu tidak logis”sahut Adelle, “Justru aku punya kesan pertama yang buruk tentang dia”.
“Oh benarkah? Tapi sedari tadi kak Adelle memandangi wajah kak Noir terus”ujar Max sambil tertawa-tawa, membuat Adelle makin kesal.
Max akhirnya membuka pintu, dan mereka bertiga segera berbondong-bondong masuk. Max segera pergi ke kamar ayah ibunya untuk mencari kunci kamar Noir, sementara Adelle masih berdiri diruang tengah dan tidak beranjak ke kamarnya.
“Ehm… namamu Noir?”tanya Adelle sedikit sungkan, yang diajak bicara merespon dengan satu anggukan kepala, meskipun matanya memandang Adelle, tanda dia memberi perhatian dan siap mendengarkan apa yang akan Adelle katakana berikutnya.
“Aku minta maaf padamu, Noir, tadi saat berjalan temanku bilang kau mengikuti aku jadi kupikir kau adalah maniak atau semacamnya”ujar Adelle, “Ternyata kita memang sedang menuju ke tempat yang sama, tidak heran jika kita berjalan kea rah yang sama”.
“Ini adalah suatu kesalah pahaman, ini semua salahku, jadi… aku minta maaf”lanjut Adelle.
“Tenanglah, aku orang yang ramah kok, jangan bersikap terlalu formal begitu”kata Noir.
“Baiklah aku ke kamarku dulu”ujar Adelle, dia berlalu dan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Sembari melangkah Adelle memikirkan sesuatu, sepertinya dia tidak asing  dengan wajah itu. Adelle berusaha mengingat dimana dia pernah bertemu dengan Noir, bertemu tanpa tahu nama tapi wajahnya cukup berkesan dalam benaknya. Siapa dia?.
-bersambung-

Oleh : Trisapka

Comments

Popular posts from this blog

SECRET LOVE SONG - Little Mix

DORAEMON END SONG

Lupakan Saja