Goblin : The Lonely and Great God (Episode 14)
-feed's profile-
Type : Fan Fiction
Ini adalah fanfiction dari drama korea Goblin, untuk episode 14 dan akan berlanjut sampai episode 16. Aku adalah penggemar berat drama Goblin, drama itu sempurna. Ini merupakan fanfic sekedar menuangkan ide dalam kepalaku. Just for fun so happy reading ^o^
Type : Fan Fiction
Genre : Drama Fan Fiction, Romance, Fantasy
Age : 16+
Pengantar Penulis :
Tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum sedikitpun pada penulis aslinya, Kim Eun Sook.Age : 16+
Pengantar Penulis :
Ini adalah fanfiction dari drama korea Goblin, untuk episode 14 dan akan berlanjut sampai episode 16. Aku adalah penggemar berat drama Goblin, drama itu sempurna. Ini merupakan fanfic sekedar menuangkan ide dalam kepalaku. Just for fun so happy reading ^o^
~Episode 14~
Rooftop
“Aku akan datang lagi sebagai hujan. Aku akan datang sebagai
salju pertama. Aku akan memohon pada Yang Kuasa untuk mengizinkanku
melakukannya”.
“Jangan pergi, aku mencintaimu”rintih Eun Tak.
“Aku juga… sangat mencintaimu”sahut Shin, dia memberikan
senyumannya yang lemah, menjadi senyuman terkahir bersamaan dengan tubuhnya
yang perlahan-lahan menghilang ditiup angin, berterbangan di udara menjadi abu.
Perasaan sedih memenuhi dada Eun Tak, membuatnya menangis
sejadi-jadinya. Malam itu adalah waktu terdingin yang pernah dirasakan olehnya,
“Tidak! Tidak!”seruan Eun Tak itu ditujukan pada kepergian Shin, yang kini
sudah menjadi ketiadaan.
Sementara Wang Yeo melepas topinya dan meletakannya pada dada sebagai tanda belasungkawa. Dia menundukkan kepala dan tak kuasa menahan
tangis. Dia meringis menahan perihnya kehilangan. Kemudian dia menghela nafas
panjang. Dia menyadari tidak lagi mendengar suara tangis Eun Tak. dia mengangkat wajahnya dan melihat Eun Tak terbaring tak sadarkan diri.
Wang Yeo bergegas mendekati Eun Tak, pada saat itulah Sang
Dewi dan Dewa (dalam wujud Deok Hwa ) datang.
“Aku akan menghilangkan ingatan Eun Tak tentang Shin. Baik
kau, Deok Hwa, maupun Sun, tidak ada satupun dari kalian dapat
membangkitkan ingatan Eun Tak terhadap Shin”kata sang Dewa.
“Wang Yeo, inilah akhir dari kisah Kim Shin. Bahkan
setelah 393 tahun dia masih menyimpan rasa hormat dan sayang padamu, sebagai
Rajanya serta sebagai adiknya. Setelah kau menyaksikan sendiri akhir dari
tragedi yang kau sebabkan, maka kaupun mendekati akhir dari masa
hukumanmu”ujar sang Dewi.
Wang Yeo menangis mendengar perkataan Dewa dan Dewi
dihadapannya. Kemudian sang Dewi menghilang, diikuti kupu-kupu putih yang terbang
dari balik tubuh Deok Hwa.
“Heol! Kenapa aku ada disini? Paman penyewa kenapa juga ada
disini, dan kenapa juga kau menangis? Oh astaga! Kekasih pamanku kenapa dia
pingsan begitu? Apakah perlu kita membawanya ke rumah sakit?”Deok Hwa
mengeluarkan serentetan pertanyaan.
Wang Yeo mengusap air matanya, “Kita bawa dia kerumah, kau
bawa mobil kan?”.
-//-
Rumah Goblin
Eun Tak berbaring di tempat tidurnya yang nyaman, Wang Yeo
menarikkan selimut untuk Eun Tak dan mendudukkan Mr.Jelly disampingnya.
“Deok Hwa-ya, kau harus menjadi orang yang kuat, bahkan
walaupun ini hanya satu kali dalam hidupmu”ujar Wang Yeo, bicara sembari
memandangi Eun Tak, berjaga-jaga siapa tahu gadis itu siuman.
“Wae?”tanya Deok Hwa.
“Ji Eun Tak, dia akan kehilangan semua ingatannya tentang
pamanmu. Sementara itu, dia, pamanmu… Eun Tak sudah menarik pedangnya”kata Wang
Yeo.
“Benarkah? Apakah pamanku menghilang dengan tenang?”tanya
Deok Hwa lagi, suaranya bergetar.
“Tentu. Dia pergi setelah memusnahkan musuhnya, Park Jung Won,"sahut Wang Yeo, "dia pergi setelah memberikan hormat setianya kepada
rajanya, dia pergi setelah mengatakan cintanya pada pengantinnya."
Wang Yeo tidak mendengar jawaban apapun untuk beberapa saat,
maka dia mengangkat pandangan untuk melihat Deok Hwa. Laki-laki muda itu
meneteskan air mata dengan deras dalam diam.
Wang Yeo kembali meneteskan air matanya, sementara matanya
bertemu dengan Deok Hwa. Mereka hanya saling pandang dengan mata yang basah
untuk beberapa saat sampai Deok Hwa memutuskan untuk pergi dari kamar Eun Tak.
-//-
Kuil
Deok Hwa menangis keras dan berjalan gontai menaiki tangga kuil.
Dia menyalakan lilin untuk Kim Shin dengan terisak-isak, lalu menerbangkannya,
dan kembali menangis dengan keras sembari memanggil-manggil pamannya.
Deok Hwa duduk di tangga kuil, dia sudah berhenti menangis,
sekarang dia memandangi langit, .
“Kakek, bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kakek bertemu
dengan paman? Aku… disini… masih bersama Ji Eun Tak dan paman penyewa. Aku…
disini…-“Deok Hwa berhenti berkata-kata karena tak kuasa menahan tangis yang kembali menyerbunya.
-//-
Restoran Ayam
Sunny mengambil tasnya dan hendak mematikan lampu ketika
suara lonceng pintu berbunyi.
“Maaf kami sudah tutup”kata Sunny, dia membalikkan badan dan melihat Wang Yeo berdiri disana.
Wang Yeo duduk termenung, Sunny datang dan menaruh botol soju
diantara mereka. Wang Yeo mengambilnya dan meminumnya beberapa teguk. Kemudian
kembali meletakkannya di meja. Dia diam beberapa saat, sementara Sunny terus
mengawasinya.
“Sunny-ssi… kau selalu bisa mengatasi segala masalah dengan
baik. Aku harap kau dapat lebih kuat daripada sebelumnya”kata Wang Yeo.
“Apa?”tanya Sunny.
“Kakakmu, sudah pergi”sahut Wang Yeo, “Dia sudah… menjadi ketiadaan. Aku menemuimu untuk mengabarkan ini dan juga Dewa telah
menghapus ingatan Eun Tak tentang kakakmu. Jadi, aku rasa kau harus tahu
situasinya”.
“Apakah pekerja paruh waktuku... benar-benar melupakan
kakakku? Kalau begitu, dia tidak akan mati sedih bukan?”tanya Sunny, Wang Yeo
memandangi Sunny yang menangis.
“Ya, dia lupa”sahut Wang Yeo.
“Bagus”Sunny menganggukkan kepala, dia mengusap air matanya.
“Kakakmu, dia pasti sangat bahagia karena punya kesempatan bertemu
lagi denganmu. Dia menyelesaikan banyak hal dalam hidupnya yang panjang.
Semuanya berakhir seiring dengan kepergiannya”.
Sunny menganggukkan kepala lagi. Kemudian dia mengambil
botol soju yang tadi diminum oleh Wang Yeo, dia meneguknya beberapa kali sampai
habis. Dia lalu meletakkan botol tersebut di meja, dia melipat kedua tangannya
di atas meja dan membenamkan wajahnya disana, menangis hingga bahunya bergetar
hebat. Dia larut dalam tangisannya sendiri. Wang Yeo hanya duduk disana,
memandangi Sunny dengan pilu.
Mereka dalam posisi itu cukup lama, hingga langit sedikit
terang.
“Sunny-ssi, sekarang ini sudah jam 6 pagi”kata Wang Yeo,
“Kau harus pulang, aku juga akan pergi”.
Wang Yeo berdiri dan hendak melangkahkan kaki ketika
tiba-tiba Sunny melingkarkan tangannya, memeluk Wang Yeo dari belakang.
“Kim Wo Bin-ssi, tidak bisakah sekali saja kau
mengerti?”tanya Sunny, “Jika ada wanita menangis semalaman dihadapanmu,
setidaknya kau harus mengantarkannya pulang”.
-//-
Depan rumah Sunny
Sunny dan Wang Yeo berdiri berhadapan.
“Kau akan langsung pergi?”tanya Sunny.
“Ya. Kau istirahatlah”sahut Wang Yeo, Sunny menganggukkan
kepala, kemudian dia berjalan masuk ke rumahnya.
Wang Yeo menghela nafas, dia mengerling ke arah jam tangannya. Kembali melihat ke rumah Sunny, kemudian memutuskan untuk berjalan pulang.
Wang Yeo menghela nafas, dia mengerling ke arah jam tangannya. Kembali melihat ke rumah Sunny, kemudian memutuskan untuk berjalan pulang.
-//-
Rumah Goblin
Wang Yeo berjalan masuk kerumah.
“Oh, Ahjussi!”seru Eun Tak.
Wang Yeo melihat Eun Tak berlari dari arah dapur. Gadis itu
tersenyum riang.
“Darimana pagi-pagi begini? Aku sudah memasakkan makanan
vegetarian untukmu, ayo kita sarapan” kata Eun Tak.
Wang Yeo memaksakan seulas senyum dan mengangguk. Dengan
patuh dia mengikuti Eun Tak yang menarik tangannya ke meja makan.
Eun Tak menyajikan salad untuk Wang Yeo, sementara dia
membawa sepiring steak untuk dirinya sendiri. Wang Yeo nanar melihatnya, hampir
saja air mata kembali mentes, tapi dia berusaha menahannya.
“Eun Tak, apa kau ingat kenapa kita bisa tinggal disini
bersama?”tanya Wang Yeo.
“Saat itu aku diculik oleh rentenir, kemudian kau datang
menyelamatkanku. Sejak saat itu kita tinggal bersama disini, kau menolongku”sahut
Eun Tak, “Kau mencoba mengetesku?”
“Tidak. Aku hanya ingin memastikan kau berterima kasih”kata
Wang Yeo.
“Tentu saja, aku disini bekerja membersihkan rumah dan dan
mencuci pakaian. Lihat, bahkan aku memasakkan makanan untukmu”ujar Eun Tak.
“Lalu… apa kau tahu siapa aku?”tanya Wang Yeo.
“Joseong-saja”jawab Eun Tak.
Wang Yeo manggut-manggut, “Bagaimana dengan Deok Hwa, apa
yang kau ketahui tentang dia?”.
“Kau menyewa rumah ini darinya, dia pemilik rumah ini”kata
Eun Tak, dia memandang Wang Yeo dengan heran, tapi kemudian mulai makan.
“Sunny… dia-“
“Dia adalah bosku!”
“Aku dan Sunny-“
“Bukankah kalian punya hubungan asmara tapi kandas karena
statusmu yang bukan manusia?”
Wang Yeo tersenyum masam. Kemudian dia berhenti bertanya dan
mulai makan.
“Ahjussi, aku tahu kau bertanya begitu padaku karena aku
pingsan semalaman. Tapi tenang saja, aku tidak terbentur cukup keras sampai
kehilangan ingatan”ujar Eun Tak, kemudian dia tersenyum riang.
-//-
Restoran Ayam
Siang hari. Eun Tak sedang membersihkan meja, sementara
Sunny sedang duduk di dekat jendela sambil memandang keluar, earphone
menggantung di kedua telinganya.
Di layar ponselnya tertera bahwa dia sedang mendengarkan
voice-note dari Wang Yeo. Isi voice-note itu adalah rekaman percakapan Wang Yeo
dan Eun Tak tadi pagi.
“Jadi seperti itu yang dia ingat”gumam Sunny.
“Ada apa bos?”tanya Eun Tak yang mendengar bosnya berbicara, dia berpikir Sunny bicara padanya karena disana hanya ada mereka berdua.
Sunny menoleh dan menggelengkan kepala pada Eun Tak, kemudian Eun Tak kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi lalu Sunny memanggil Eun Tak, “Pekerja paruh waktu, kemarilah ada yang ingin aku bicarakan denganmu”.
Sunny menoleh dan menggelengkan kepala pada Eun Tak, kemudian Eun Tak kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi lalu Sunny memanggil Eun Tak, “Pekerja paruh waktu, kemarilah ada yang ingin aku bicarakan denganmu”.
Eun Tak berhenti membersihkan meja, kemudian dia segera
mendekat dan duduk di hadapan Sunny.
“Ya?”.
“Kim Wo Bin-ssi, dia, apakah mendapatkan gaji dari
pekerjaannya?”.
Eun Tak tertawa, “Tentu saja, bahkan dia adalah bendahara di
divisinya”.
“Apakah gajinya cukup untuk menghidupi hidupnya dan hidupmu,
uang kuliahmu, dan bahkan biaya pernikahanmu?”tanya Sunny, “Dia adalah ahjusshi, jadi kurasa dia harus bertanggung jawab tentang itu semua”.
“Bos tenang saja. Kalaupun Ahjussi jatuh miskin, masih ada
Deok Hwa oppa”jawab Eun Tak.
“Baguslah. Kalau begitu kau masih bisa hidup jika tidak
bekerja disini kan?”tanya Sunny.
“Kau akan memecatku? Aku melakukan kesalahan?”tanya Eun Tak
kaget dan sedih.
“Hanya... aku ingin pergi”sahut
Sunny.
“TKenapa?”tanya Eun Tak.
“Aku ingin pergi darinya. Aku tidak ingin bertemu dengannya
walaupun kebetulan. Dan kau juga… kehadiranmu selalu mengingatkanku
padanya”jawab Sunny.
Eun Tak terlihat makin sedih, “Maafkan aku”.
“Kalau begitu malam ini kau menginap di rumahku bagaimana?
Sebagai pesta perpisahan”kata Sunny.
“Aku akan izin pada Ahjussi”kata Eun Tak.
“Izinlah, tapi jangan katakan padanya kalau aku akan
pergi”ujar Sunny.
“Kenapa? Bukankah dia berhak tahu?”tanya Eun Tak.
“Siapa bilang aku tidak akan memberi tahunya?”Sunny bertanya
balik, “Aku akan memberi tahunya, ini akan jadi alasan terakhirku untuk bertemu
dengannya. Ahh… aku akan sangat merindukannya”.
-//-
Eun Tak pergi ke rumah Sunny dengan diantar Deok Hwa
menggunakan mobil.
“Kenapa kau harus menginap di luar rumah? Kau tidak tahu
kalau diluar sangat berbahaya bagi dirimu?!”omel Deok Hwa.
“Kenapa oppa ngomel begitu?”tanya Eun Tak heran, “Aku
menginap dirumahnya karena dia mengundangku”.
“Kau ini, kau tidak bisa pergi hanya karena seseorang
mengundangmu”kata Deok Hwa.
“Oppa, apa kau ingat sejak kapan kita menjadi dekat?”tanya
Eun Tak tiba-tiba.
“Bukankah kau yang bilang sendiri kalau aku adalah pemilik
rumah yang paman itu sewa”ujar Deok Hwa, dia telah mendapat voice-note juga Wang Yeo berisi percakapan tadi pagi.
“Tapi kenapa kau mengantarkanku dan mengomeliku seperti ini?
Aku rasa hubungan dekat antara pemilik rumah dan anak yang menumpang dari penyewanya
tidak seperti ini”kata Eun Tak.
“Lalu kau pikir hubungan kita ini apa? Pacaran? Kau bukan
tipeku”ujar Deok Hwa.
“Kau juga bukan tipeku!”tukas Eun Tak kesal.
“Chaebol muda dan
tampan sepertiku bukan tipemu? Memangnya seperti apa tipemu?”tanya Deok Hwa.
“Seorang pria dewasa yang sudah matang pemikirannya, mapan,
dan tampan”jawab Eun Tak.
Deok Hwa terdiam sesaat. Kemudian dia tersenyum.
“Aku sepertinya pernah mengenal laki-laki yang seperti
itu”kata Deok Hwa.
“Benarkah? Kenalkan padaku, oppa!”seru Eun Tak.
“Tidak bisa, dia sudah mati”ujar Deok Hwa.
Eun Tak cemberut.
“Sudah sampai, sana pergi, hati-hati jaga dirimu”kata Deok
Hwa.
Eun Tak mengambil tasnya di jok belakang, kemudian membuka
pintu mobil dan hendak keluar.
“Hei, Eun Tak”panggil Deok Hwa, Eun Tak berhenti bergerak
dan menoleh kearah Deok Hwa dengan malas.
“Kita dekat seperti ini karena kau tinggal bersama seorang Joseong-saja, sebagai pemilik rumah aku
tidak ingin terjadi hal buruk padamu”kata Deok Hwa.
Eun Tak tertawa, “Masuk akal”.
“Ya sudah, pergi sana”ujar Deok Hwa.
“Ya, aku pergi”ujar Eun Tak, kemudian dia melangkah keluar
dengan menggendong tas di punggungnya. Dia menyempatkan diri untuk melambaikan
tangan pada Deok Hwa, kemudian berlari menuju rumah Sunny.
“Aku menjagamu, karena aku sudah berjanji pada pamanku”kata
Deok Hwa pada dirinya sendiri, sembari melihat Eun Tak yang menghilang dari
pandangan.
-//-
Rumah Sunny
Eun Tak dan Sunny duduk berhadapan dengan meja kecil di
tengahnya. Diatas meja ada semangkuk lobak dan juga sebotol bir dengan dua
gelas kecil menemaninya.
Sunny mengambil satu lobak, diikuti dengan Eun Tak.
“Pekerja paruh waktu, apa kau sekarang merasa bahagia?”tanya
Sunny.
“Tentu saja. Aku memiliki Ahjussi yang baik padaku, bos yang
cantik dan baik, serta Deok Hwa oppa yang entah kenapa baik padaku”jawab Eun
Tak.
Sunny mengambil satu lobak, Eun Tak juga.
“Aku rasa memang begitulah cara kerja dari takdir”kata
Sunny.
Sunny meneguk bir dari gelas, Eun Tak juga.
“Apa maksdunya, cara kerja dari takdir?”tanya Eun Tak,
setelah selesai menahan pahit dari bir yang diteguknya.
“Ada hal yang harusnya tidak kau genggam dengan erat, ada
hal yang harusnya tidak kau ketahui, ada hal yang harusnya kau lupakan”sahut
Sunny, “Barulah hidupmu akan bahagia, dan takdir akan terasa baik”.
Sunny mengambil satu lobak, Eun Tak mengikuti.
“Apakah maksudmu… aku baru saja melepaskan sesuatu? Apakah
aku tidak mengetahui sesuatu?”tanya Eun Tak, “Apa aku melupakan sesuatu?”.
“Ani (tidak)”jawab Sunny.
Eun Tak memandangi Sunny, kemudian dia menggaruk pelan
belakang kepalanya, “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan”.
“Kenapa kau harus mengerti apa yang aku katakan, kalau yang
Maha Kuasa tidak menghendaki itu”ujar Sunny.
Sunny mengambil satu lobak, Eun Tak mengikuti.
“Ya~ pekerja paruh
waktu, kenapa ka uterus mengikuti apa yang aku lakukan?”tanya Sunny yang
menyadari sedari tadi Eun Tak melakukan apa yang barusaja dia lakukan.
“Karena eonni
sangat keren”jawab Eun Tak, dia mengacungkan jempol kepada Sunny, Sunny tertawa
kecil.
“Aish… anak ini”Sunny mengambil satu lobak lagi, dia
menunjukkannya pada Eun Tak baru memakannya, Eun Tak melakukan hal yang sama
persis.
“Aku besok akan bertemu dengan Kim Wo Bin-ssi”kata Sunny.
“Bagus, kau memang harus bertemu dengannya. Katakan apa yang
ingin kau katakan, sebelum kau menyesal karena tidak pernah mengatakan yang
ingin kau katakan”ujar Eun Tak.
“Mengatakan apa yang ingin aku katakan…”gumam Sunny.
-//-
Jembatan
Wang Yeo berdiri di pinggir jembatan, dia melihat semua
orang yang melintas, sampai akhirnya Sunny muncul dengan modis seperti biasa,
membuat Wang Yeo gugup seperti biasa.
“Annyeong”sapa Sunny.
“A-Annyeong”Wang Yeo membalas sapaan Sunny dengan membungkuk
sopan.
“Aku… akan pergi dari sini. Aku ingin pergi jauh. Seperti
yang aku katakan, di kehidupan ini aku tidak ingin mencintaimu”kata Sunny, “Aku
tidak ingin bertemu denganmu. Jika aku tetap disini kita masih punya
kemungkinan untuk saling bertemu dengan tidak sengaja”.
Wang Yeo terdiam. Sementara dia memperhatikan air muka Sunny
yang tidak biasanya, gadis itu kali ini tidak bisa berakting seakan dia
baik-baik saja, dia kelihatan sedih, matanya menggambarkan itu dengan jelas
meskipun air mata tidak menggenang disana.
“Aku tidak ingin mengabaikanmu saat kita saling bertemu,
maka sebaiknya kita tidak pernah bertemu lagi”ujar Sunny, “Eun Tak bilang, aku
harus mengatakan semua yang ingin aku katakan, agar aku tidak menyesal. Aku
ingin bilang padamu, Kim Wo Bin-ssi, bahwa sampai saat ini aku masih
mencintaimu, aku masih ingin menggenggam tanganmu, memelukmu, dan bahagia
bersamamu”.
Wang Yeo tertunduk sedih, “Mianhe”.
“Aku iri pada Eun Tak, dia bisa melupakan kakakku begitu
saja. Pasti dia telah melakukan sesuatu yang baik di masa lalunya, hingga Dewa
pun berpihak padanya”kata Sunny.
Wang Yeo mengangguk-anggukkan kepala. Sunny memandang Wang
Yeo, dan gadis itu tersenyum, walaupun dia masih kelihatan sedih. Wang Yeo
membalas senyumannya.
“Terima kasih”kata Sunny, “Sampai jumpa”.
Sunny menarik diri dan membalikkan badan, dia berjalan
dengan lambat menjauhi Wang Yeo, baru tiga kali melangkah, Sunny kembali lagi.
“Bolehkah aku memelukmu kali ini saja?”tanya Sunny, kali ini
dia menangis, walaupun dia tersenyum.
Wang Yeo tanpa berkata apapun segera menarik Sunny kedalam
pelukannya. Mereka menangis di pelukan satu sama lain. Perpisahan ini
barangkali adalah yang terbaik untuk mereka, Sunny harus melanjutkan hidupnya
sebagaimana manusia biasa, sementara Wang Yeo juga harus menyelesaikan
hukumannya sebagai seorang Jeoseong-saja.
-//-
9 tahun kemudian
Kantor Penyiaran Radio
Eun Tak sekarang berumur 29 tahun, dia telah bekerja menjadi
seorang PD sebuah program radio seperti cita-citanya. Seorang rekannya sedang
kebingungan karena cuaca tiba-tiba saja berubah, “Padahal ramalan cuaca bilang
kalau hari ini akan cerah, tapi sekarang hujan turun dengan lebat, apa yang
harus kita lakukan dengan openingnya?”.
“Ganti saja semua hal tentang cuaca, jangan terlalu
dikhawatirkan”sahut Eun Tak, dia tampak tidak bersemangat dan juga tidak
mengambil pusing kegalauannya rekannya.
Saat itu, seorang laki-laki kemudian masuk ke dalam ruangan
dan membawa dua buah kotak kado.
“Untukmu, PD Ji”kata laki-laki itu.
“Dua buah hadiah dari dua pria tampan yang ada di layar
ponselmu kan?”kata rekannya, Eun Tak tersenyum, dia menerima dua kado itu.
Eun Tak membuka hadiah pertama, dia membaca surat yang
rupanya dari Deok Hwa : Selamat ulang
tahun Ji Eun Tak. Semoga panjang umur. Selain ini kau akan menemukan apartemenmu
bersih, aku yang membersihkannya tadi pagi.
Eun Tak tersenyum. Kemudian dia mengeluarkan sepasang sepatu
yang Deok Hwa berikan, dia memakainya, lalu memasukkan sepatu yang sebelumnya
dia pakai ke dalam kotak.
Eun Tak kemudian membuka hadiah kedua, dia mengeluarkan
sebuket bunga soba.
“Wah, bukankah itu bunga soba? Artinya adalah-“rekan Eun Tak
berkomentar.
“Kekasih”potong Eun Tak.
“Apa kalian berkencan?”tanya rekannya.
“Tidak, tapi aku suka bunga ini”sahut Eun Tak.
Hadiah itu datangnya dari Wang Yeo, Eun Tak mengambil surat
kecil dari dalam kotak : Selamat Ulang
Tahun ke 29 tahun jiwa yang hilang. Hindarilah aku selama satu tahun ini, dan
jangan bertemu dengan Joseong-saja
yang lain. Semoga kau berumur panjang.
“Aish, apa-apaan ini”kata Eun Tak, “Setelah aku punya
apartemen sendiri dan hidup terpisah dengannya cukup lama, dia malah
memperingatkan aku untuk tidak mati”.
Eun Tak menutup dua kotak itu kemudian menumpuknya diatas
meja, “Aku titip ini, aku akan keluar makan siang sebentar”.
“Okee”sahut rekan Eun Tak.
Eun Tak berdiri dengan membawa bunga soba di tangannya. Dia
berjalan keluar, sampai dia berhenti di depan gedung. Hujan turun benar-benar
deras.
“Kenapa… aku merasa sedih?”gumam Eun Tak pada dirinya
sendiri.
Eun Tak mendongak kearah langit. Memandangi hujan dengan
perasaan yang tidak bisa dia pahami. Tapi kemudian Eun Tak tersenyum. Dia
kembali menghadap ke depan dan berjalan melewati hujan, menikmati hujan
mengguyur dirinya sendiri.
Eun Tak kemudian masuk ke dalam mobilnya, meletakkan buket
bunga soba di sampingnya, lalu mulai mengendarainya.
Eun Tak melintasi jalanan kota Seoul dengan tenang. Dia
kemudian berhenti di samping salah satu truk kue ikan. Dia membeli kue disana,
lalu memutuskan untuk makan di dalam mobil.
Eun Tak makan dengan senang. Mesin mobilnya dibiarkan
menyala. Musik mengalun menemani waktu makan siangnya yang sederhana. Matanya
mengawasi jalanan.
Eun Tak kemudian melihat sebuah truk meluncur dengan kencang
kehilangan kendali di jalan turunan. Sementara tidak jauh darinya ada bus yang
sedang berhenti untuk menaikkan anak-anak TK. Tanpa pikir panjang, Eun Tak
melemparkan kue ikannya ke samping bunga soba, kemudian gadis itu menginjak gas
dan memposisikan diri berada diantara bus dan truk. Tepat saat dia menginjak
rem, truk itu menghantam mobil Eun Tak.

Comments
Post a Comment